Kamis, Februari 02, 2012

Spot Mancing Baru di Kaimana, Papua


Dua tahun lalu, ada sebuah kapal turis (liveboard) dari Sorong tiba di Kampung Lakahia di Teluk Etna, Kabupaten Kaimana dan meminta masyarakat setempat menjadi guide bagi beberapa tamu Australia di kapal itu untuk mancing di sekitar Etna Bay. Mereka lalu menuju Sungai Urama dan Sungai Mairuma. Di sungai-sungai tersebut, mereka berhasil mendapat ikan Baramuli (kakap putih), kakap hitam (Papuan Bass). Pada keesokan harinya, mereka mancing lagi di sekitar muara Urama dan mendapat banyak ikan kakap putih, kakap hitam, bubara (GT), dan beberapa jenis ikan lainnya.

Cerita tentang pemancingan ini, kemudian dimuat di salah satu majalah berbahasa Perancis di Paris. Publikasi ini kemudian menarik salah seorang pegiat wisata mancing yang juga anggota International Fishing Club asal Perancis untuk mencoba mencari spot-spot lain di sungai dan danau di Kaimana. Melalui browsing di internet, akhirnya dia menemukan nomor kontak saya dan kami pun berkomunikasi. Akhirnya ia memutuskan untuk datang ke Kaimana, namun karena kesibukannya di temapt lain, rencana itu baru diwujudkan akhir November 2010 lalu. Mr. Leo, teman itu, datang dengan seorang pemancing pemula juga orang Perancis dan membawa seorang juru masak Orang Manado dari Sorong. Dia kemudian menggunakan kapal ketinting kecil milik Kantor Pariwisata untuk melakukan perjalanan ke teluk Etna.

Alhasil, di Etna mereka berhasil menemui seorang guide yang pernah ikut bersama tamu kapal yang mancing di Etna Bay dua tahun lalu. Selama empat hari mereka mancing di Sungai Urama dan Mairuma serta muara kedua sungai tersebut. Hasilnya menggembirakan, mereka dapat banyak ikan,bahkan teman Leo yang hanya sebagai pemancing pemula saja bisa mendapat banyak ikan , mereka puas dan berjanji akan menmbawa tamu-tamu lainnya untuk mancing di sini.Menurut yang dituturkan oleh Leo kepada saya, spot Etna Bay ini dapat dijadikan spot mancing internasional bagi tamu-tamu mancanegara. Menurutnya spot ini sangat tepat dan unik, tamu dapat mancing di sungai sambil menikmati pemandangan sungai, menikmati burung, bahkan juga binatang di tepi sungai. dari penjelasannya, saya baru tahu bahwa trend mancing wisata dan mancing olahraga dunia telah berubah dari mancing di laut lepas yang monoton dengan pemandangan khas laut lepas menjadi mancing di Sungai dan danau yang memiliki bonus pemandangan yang menakjubkan.

Leo mengusulkan agar sungai tersebut dikonservasi agar ikan bahkan burung dan binatang di sungai itu akan lebih banyak dan jinak. Ia juga bermaksud membangun lodge di sekitar sungai tersebut dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha pariwisata tersebut. Oleh karenanya, masyarakat di sekitar spot mancing tersebut harus kita beri pengertian baik agar dapat menerima alternatif uasaha yang ramah lingkungan ini.

Kantor kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kaimana menyambut baik peluang ini dan awal tahun 2012 ini akan terjun ke lapangan melakukan sosialisasi sadar wisata kepada masyarakat di sekitar obyek tersebut. Semoga berhasil**

Rabu, Januari 25, 2012

Chinese New Year Celebrations in Kaimana Papua


As usual celebration of Chinese New Year or Imlek in Kaimana has always implemented simple. But this year, Chinese New Year celebrations in Kaimana also a bit special. I call it special with a reason, because the Imlek New Year celebrations this year also included people of Chinese descent in Kaimana, for which in previous years has not been done. The involvement of Chinese not only as an invitation to the celebration of Chinese New Year but also as an executive committee activity. People of Chinese descent are also coming from different social classes and ethnic groups different, there are bureaucrats, some legislators, there are civil servants, there is a politician, there are fishermen, and they also come from religious backgrounds as varied as Catholicism, Protestantism, and Islam. I myself as an indigenous people of Kaimana from Irarutu or Kuri tribe also had the opportunity to attend the celebration because my wife is also of Chinese descent. Although my wife was not a direct descendant, but physically she is still look of Chinese descent face, and by tradition, they also still carry some of the habits of Chinese people, such as cooking some typical cakesof China, believing Feng Syu, also some kinship term of China.

Imlek event tonight is very simple place, right at 9.00 p.m. local time, the show parade started from the Rumah Kongsi (house for the activity of Chinese people in Kaimana) on the Trikora street, China Chinatown complex in Kaimana. Chinese New Year parade event began with the reading of prayers led by a priest (in Kaimana, all the Chinese people have embraced the religion, especially Catholicism, or in other words can be mentioned that in Kaimana was no Chinese or of Chinese descent who was a Confucian). After the the parade, the next is the main event of the celebration of Chinese New Year reception, which ended with fireworks show in front of "Rumah Kongsi". Evening event was also attended by Mr. Matias Mairuma (The Regent of Kaimana are also of Chinese descent), Mr Frans Amerbay and Herry Pattinama (Both brother from the same mother of Chinese descent is Vice Chairman of the Kaimana district parliament), also attended by Chief of Police Kaimana , and Head of Religious Affairs Kaimana District. I am with my wife and my kids and two of my sister in law with dominant red dress, together referred to attend. It feels a bit strange, because I only own the Papuans who is black, curly hair, was with the Chinese people are straight-haired and white skinned in this celebration. In order to not feel strange, I took a place near my close friends who are of Chinese descent.

Chinese New Year celebration event by involving people of Chinese descent in Kaimana in this year have deep meaning, especially in order to establish social relations between ethnic and religious better in Kaimana district. Imlek New Year event is certainly a different perspective, because although some of the ideas of social activities that had rolled in Chinese meetings could not be implemented but I think it's a more advanced perspective view of a young generation of Chinese in Kaimana now than the older generation they are a little more exclusive . It was also demonstrated by a new stage of Chinese People's role in Kaimana are beginning to shift from the realm of economics and business to politics and socials.

Happy Chinese New Year,

Selasa, Juni 29, 2010

Pesona Danau Siviki

Bagi anda yang pernah ke Kaimana, Papua Barat, mungkin pernah mendengar nama Danau Siviki? Danau Siviki adalah sebuah danau di Teluk Arguni yang dapat diakses langsung lewat laut. Danau Siviki terletak di Kampung Urisa, bagian Tenggara ibukota distrik/kecamatan Arguni Bawah. Danau ini belum banyak mendapat publikasi karena juga belum dieksplorasi secara serius. Menurut cerita orang-orang di Kampung Urisa, justeru orang-orang Belanda yang sering ke Danau Siviki membawa kapal kecil dan perahu dan bermalam di sana hingga beberapa hari. Baru Tahun 2010 yang lalu, ada satu Tim Explorasi dari Perancis yang terdiri dari beberapa ahli antara lain, ahli geologi, arkeologi, ahli pre-historics, dan juga ahli perikanan pernah melakukan eksplorasi di Danau Siviki dan menemukan gua besar yang diduga di dalamnya ada kehidupan, hanya saja peralatan mereka untuk memasuki gua terbatas, terutama tali yang tidak panjang untuk masuk ke dalam dasar gua yang ditumbuhi pohon dengan ketinggian mencapai mulut gua. Mereka juga menemukan beberapa artefak di gua, bahkan sempat melakukan penggalian dan menemukan fosil manusia yang berwarna kekuning-kuningan. Yang cukup menarik dalam ekspedisi ini adalah mereka menemukan ikan tanpa mata di hulu sungai yang mengalir ke danau tersebut.

Danau Siviki dapat dicapai melalui kota Kaimana dengan longboat atau speedboat. Perjalanan dengan longboat dapat ditempuh dengan waktu sekitar 3 hingga 3,5 jam perjalanan, sedangkan jika menggunakan speedboat, akan lebih cepat mencapai danau atau sekitar 1,5 hingga 2 jam. Sebelum masuk ke Danau akan dijumpai Kampung Urisa di mana kita dapat menyaksikan penduduk lokal memancing kepiting dengan cara mereka sendiri.Secara Etika kita harus mampir ke kampung tersebut dan memberitahu Kepala Kampung atau orang-orang tua di kampung tersebut sebelum ke Danau, dan biasanya ada guide lokal yang diikutkan bersama kita. Perjalanan dari Kampung Urisa ke danau akan melalui sungai Urisa hingga tembus ke Danau Siviki. Sebaiknya Perjalanan ke Danau dimulai pagi sebelum matahari terbit agar kita dapat menyaksikan dari danau matahari terbit dari balik Gunung Fudi. Seiring dengan terbitnya matahari, anda juga akan menikmati kicauan burung-burung khas Papua seperti Rangon, Kakatua Putih, Cenderawasih, dll. Dari balik Gunung Fudi yang menancap sampai ke dasar danau, matahari bersinar menembus pepohonan rindang hingga menghunjam ke atas air danau, di beberapa sisi danau bunga-bunga teratai terhampar bak permadani dihiasi kawanan burung bangau dan beberapa jenis burung kecil berparuh merah yang berganti-ganti warna jambulnya, sedang di sisi belakang bunga teratai, pohon bakau dan nipah berderet bagaikan pagar yang tertata rapi, lukisan ini akan terasa lebih sempurna ditambah gugusan pohon-pohon rindang hutan hujan tropis yang mengelilingi danau bak sebuah wallpaper yang sempurna. Anda mungkin akan bertanya jenis air apakah air danau ini karena disisi lain ada hutang bakau yang menandakan air asin atau payau, sedang di sisi lain ada bunga teratai yang menandakan air tawar, tetapi itulah fenomena alam yang menjadi daya tariknya. Jika anda ingin mancing, pilihan ini akan menjadi aktivitas tersendiri yang menarik sambil memanti matahari terbit tinggi dari balik Gunung Fudi atau bagi anda yang senang menonton burung, aktivitas ini dapat dilakukan di tepi danau hingga menjelang siang. Sehabis aktivitas di danau, anda dapat pula menyusuri sisi sungai yang lain dengan longboat. Di sini anda akan disuguhi pemandangan di sisi kiri nipah, bakau dan teratai, sedang di sisi kanan tebing-tebing batu putih dan beberapa gua yang menarik, diantaranya gua yang dapat diakses langsung dengan perahu ke dalamnya,tapi jangan lupa membawa penerang/senter karena sangat gelap dan banyak burung yang dapat membahayakan anda. Di dalam gua ini, kelihatan air mendidih dari bawah ke atas. Diperkirakan gua yang masuk ke dalam danau ini adalah lubang dari kawah gunung berapi (Gunung Genova)yang dulunya aktif. Menurut kisah masyarakat di Kampung Urisa, pernah terjadi seorang nelayan asal kampung tersebut menikam ikan bubara (GT) dengan menggunakan penikam (kalawai), ikan tersebut berenang dengan penikan tersebut masuk dalam gua tersebut, beberapa hari kemudian, orang-orang di Kampung Wanoma, kampung di balik Gunung Genova menemukan ikan dengan penikam tersebut. Hal yang mustahil jika ikan tersebut dapat mengembara sejauh itu. Perlu diketahui pula bahwa di depan Kampung Wanoma, tepat di sisi sebelah timur Gunung Genova terdapat pula lubang besar yang juga masuk ke dalam laut dimana di dalamnya mengalir air belerang. Hal ini makin menguatkan dugaan bahwa Gunung Genova dulunya adalah gunung api yang aktif namun karena laharnya mengalir ke dalam lubang tersebut sehingga statusnya kini bukan sebagai gunung api. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang tempat ini. Di Danau ini juga terkenal dengan buayanya, bagi anda yang suka petualang, Danau Siviki dapat menjadi salah satu destinasi anda.

Selasa, Juni 22, 2010

Kaimana Berbenah Diri Membangun Pariwisata



Telah lama sejak Kabupaten Kaimana terbentuk --- atau paling tidak sejak adanya pelimpahan urusan pariwisata pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kaimana --- pembangunan pariwisata hanya dilakukan secara parsial tanpa arah dan keterpaduan dengan sektor pendukung lainnya. Katakanlah misalnya proyek pembangunan Obyek Wisata Tirta Kali Air Tiba, dilakukan tanpa koordinasi dengan PU tentang rencana pembangunan jembatan Air Tiba dan juga ketinggian air pasang dan surut, atau paling tidak informasi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah harus diketahui sehingga dapat disesuaikan pembangunannya. Masih banyak lagi kasus serupa, misalnya Proyek Kali Moman, Proyek Pantai Air Merah yang dibangun Pemerintah Distrik Kaimana, dan lainnya. Semua ini menunjukkan tidak adanya perencanaan pembangunan pariwisata yang baik. Dampaknya adalah, walaupun anggaran yang digunakan sudah cukup besar, namun pembangunan pariwisata belum menemukan hasil, paling tidak hasil yang dapat dinikmati oleh wisatawan lokal Kaimana.

Menyadari akan hal tersebut, mulai tahun ini,Pemerintah Kabupaten Kaimana mulai mencoba untuk menyusun Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah setelah adanya Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kaimana. Penyusunan RIPPDA yang bekerjasama dengan Pusat Studi Pariwisata UGM ini dimaksudkan agar dapat menjadi acuan pembangunan pariwisata, termasuk di dalamnya adalah pembagian kawasan strategis pariwisata, pengaturan keterlibatan sektor lain, dan analisis segmen pasar serta metode promosi. Keluaran akhir dari RIPPDA ini adalah draft akademis PERDA yang selanjutnya melalui mekanisme legislatif akan ditetapkan sebagai Peraturan Daerah.

Tetapi, RIPPDA saja belum final karena hanya bersifat umum. Kita masih harus menyusun RIPOW (Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata) yang mengarahkan obyek wisata unggulan untuk dikembangkan sesuai dengan daya tariknya dan kesesuaiannya dengan segmen pasar. Nah, untuk ini kita belum berharap banyak tentang segmen pasar Wisman tetapi sasarannya masih pada wisatawan lokal dalam kota, paling tidak ada sebuah obyek wisata yang representatif dan menjadi pusat hiburan masyarakat kota Kaimana dan sekitarnya pada hari-hari libur, karena hiburan juga merupakan kebutuhan dan salah satu unsur kesejahteraan masyarakat. Kalau itu sudah tercapai barulah kita berpikir untuk orang lain. Langkah selanjutnya setelah menyusun RIPOW adalah menyusun DED (Detail Engineering Design) atau Rencana Tapak Kawasan. Langkah terakhir yang dilakukan setelah DED adalah penyusunan Rencana Teknis yang terdiri dari Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat serta Rencana Anggaran Biaya.

Dengan memperhatikan mekanisme perencanaan pariwisata sebagaimana tersebut di atas, nampaknya kita membutuhkan waktu paling tidak 2 (dua) tahun lagi untuk menyelesaiakn seluruh dokumen perencanaan sebelum membangun obyek-obyek yang strategis dan prioritas. Apakah tidak terlalu lama? Tentu tidak karena sambil jalan, beberapa obyek yang sudah ditetapkan dalam satu kawasan pariwisata sudah dapat didesain dan dibangun. Ini akan lebih baik daripada kita menghambur banyak uang dalam pembangunan pariwisata yang tidak terarah. Sebagai contoh, kami sampaikan bahwa sejak tahun 2006 hingga tahun 2010, kita telah menghabiskan uang sekitar Rp. 7,2 Milyard untuk membangun sektor kebudayaan dan pariwisata, namun sampai dengan hari ini kalau kita tanya pada masyarakat Kaimana "Apa yang telah kita peroleh? jawabannya sudah pasti "belum ada yang kita peroleh". Ini tantangan bagi pimpinan dan segenap pegawai Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kaimana. Ayo bekerja untuk negerimu***

(Keterangan:(kiri)Danau Siviki di Teluk Arguni, (kanan) Gua alam dalam danau (Danau Siviki) yang dapat dimasuki dengan longboat dan sejenisnya. Gua ini belum dieksplorasi. Foto oleh Jafar Werfete)

Rabu, Mei 27, 2009

Pengantar Laporan Penelitian Sejarah Kaimana Tahap I oleh Koordinator Tim Sejarah Kaimana


Sesuai dengan Kerangka Acuan Kegiatan Penelitian Sejarah Kaimana selama tiga tahap, kegiatan yang dilakukan pada Tahun Pertama atau Tahap I ini adalah pengumpulan data dan pemetaan sumber-sumber primer sejarah melalui arsip-arsip, baik Arsip Nasional/ANRI (Jakarta) maupun arsip-arsip lainnya seperti Pusat Penerangan TNI-AD, dan lain sebagainya; sumber sejarah lisan yang dapat dikumpulkan melalui wawancara mendalam di berbagai kampung di kabupaten Kaimana; sumber-sumber sekunder berupa laporan, buku dan hasil penelitian tentang masyarakat dan wilayah Kaimana

Dari kunjungan dan cerita-cerita orang tua dan pelaku sejarah, selain memperoleh cerita dari perspektif kampung, kami bisa merasakan lumpur dan sulitnya air, tantangan alam dan waktu yang seperti beku. Cerita-cerita itu akan dipadukan dengan wawancara tokoh dan pelaku sejarah di Kota Kaimana. Sejarah lisan ini akan dijahit dengan data arsip yang dikumpulkan oleh Harto Yuwono di Arsip Nasional RI dan oleh saya sendiri di Nationaal Archief di Den Haag Belanda. Pengalaman lapangan sangat penting untuk membantu kami berimajinasi tentang Kaimana di masa lalu.

Kami menyadari, pada masyarakat tradisional “sejarah” itu salah satu sumber kekuasaan terpenting. Oleh karena itu sejarah kebanyakan telah menjadi mitos yang diolah dari imajinasi dan kepentingan kontemporer klen atau kelompok masyarakat masing-masing, khususnya para tua-tua adat atau pemimpin yang dominan. Oleh karena itu sejarah sering dikategorikan sebagai tabu untuk diceritakan secara terbuka dan diketahui oleh segelintir orang-tua saja. Sulit bagi orang luar untuk mendapatkannya begitu saja.

“Sejarah” itu bisa digunakan sebagai alat untuk menentukan siapa penduduk asli dan siapa pendatang. Sejarah dapat digunakan untuk melegitimasi siapa yang berhak atas suatu wilayah tertentu. Sejarah pula yang digunakan sebagai dasar bagi suatu kelompok atas hak untuk membuat sasi laut dan menentukan kapan akan diakhiri. Sebaliknya sejarah dapat pula digunakan untuk menyangkal hak-hak kelompok yang dominan atau yang didominasi. Sejarah juga bisa menjadi alat untuk memusuhi dan membalas dendam atas kejadian di masa lampau.

Dengan menyadari sisi-sisi politis sejarah yang disebutkan di atas, Tim LIPI akan mencoba menyusunnya dengan hati-hati dan se-independen mungkin. Sejarah yang sedang dikerjakan ini diusahakan dibuat dengan mengikuti kaidah metodologis dan historiografi yang baku. Yang terpenting, setiap anggota Tim harus berani menulis sejarah ini dengan jujur dan siap untuk bertanggungjawab secara akademis jika analisis yang dibuatnya disanggah atau ditentang oleh para “pemilik sejarah”.

Saya membayangkan sejarah Kaimana yang mendalam itu seperti piring besar kuno yang indah, gong, lela, dan lain-lain yang sudah tersembunyi dan berkubang dengan lumpur Arguni yang pekat. Kita harus siap bermandi lumpur dan terik panas, mengorek dan membongkar lumpur, untuk menemukan harta sejarah itu. Dengan itu mungkin kita bisa menemukan kembali dan mengerti arti lela, gong, atau piring besar yang sudah terkubur dan terlupakan itu.

Kepada semua pihak yang telah membantu Tim Sejarah Kaimana, terutama Drs. Muhammad Saleh Inan, Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kaimana dan staff, tokoh-tokoh masyarakat yang telah berbagi cerita kepada kami, dan pihak-pihak lainnya yang tidak sempat kami sebutkan namanya satu persatu, kami sampaikan terima kasih.

Jakarta Medio Desember 2009
Koordinator Tim Sejarah Kaimana,


Dr. Muridan S. Widjojo

Sambutan atas Laporan Penelitian Sejarah Kaimana Tahap I


SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
KABUPATEN KAIMANA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya Tim Sejarah Kaimana dapat menyelesaikan Tahap I Penelitian Sejarah Kaimana tahun 2008.
Perubahan yang radikal terhadap aspek sosial ekonomi dan politik masyarakat di Kaimana, telah menyebabkan terkikisnya masayarakat di daerah ini dari akar sejarah dan budayanya. Kondisi ini terus diperburuk dengan hilangnya catatan-catatan tentang sejarah budaya yang merupakan identitas atau jati diri mereka. Tantangan ke depan adalah apakah generesi penerus kita akan dapat mengenal identitas kultural mereka?

Saya menyambut baik hasil yang telah diperoleh pada Tahap I Penelitian Sejarah Kaimana yang dilakuakn oleh Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI Jakarta. Penelitian ini tentu akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan daerah Kaimana. Saya berharap hasil penelitian ini dapat menjadi semacam “buku putih” atau menjadi sumber rujukan sejarah masyarat Kaimana dalam berbagai aspek kehidupan. Saya juga berharap hasil penelitian ini kiranya tidak menjadi alat bagi kelompok-kelompok masyarakat untuk saling menghakimi tetapi lebih diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi alat untuk menerima fakta sejarah dan kenyataan masa lalu serta mengambil hikmah atau semangatnya bagi membangaun generasi Kaimana yang lebih solid dan bermartabat di masa yang akan datang.


Oleh karena itu, mari kita berikan dukungan yang baik kepada Tim LIPI agar dapat menyelesaikan penelitian ini secara obyektif dan ilkmiah. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu Tim Sejarah Kaimana dalam upaya merajut “benang-benang” sejarah Kaimana dalam konteks perkembangan masyarakat Papua dan bangsa Indonesia, atas nama pribadi maupun jabatan, saya ucapkan terima kasih.

Semoga Allah SWT selalu menolong kita dalam segala tugas kita.

Wassalam,

Kaimana, Desember 2009

Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Kaimana,



Drs. MUH. SALEH INAN

Kamis, Maret 12, 2009

Penelitian Sejarah Kaimana

Perubahan yang radikal terhadap aspek sosial ekonomi dan politik masyarakat di Kaimana, telah menyebabkan terkikisnya masayarakat di daerah itu dari akar sejarah dan budayanya. Kondisi ini terus diperburuk dengan hilangnya catatan-catatan tentang sejarah budaya yang merupakan identitas atau jati diri mereka. Tantangan ke depan adalah apakah generesi penerus mereka akan dapat mengenal identitas cultural mereka? Proyek ini dirancang untuk menjawab tantangan tersebut.
Melalui penelitian Sejarah Kaimana ini, akan diperoleh banyak informasi mengenai sejarah migrasi penduduk Kaimana, sejarah budaya dan politik yang diperoleh melalui studi literatur di berbagai daerah dan informan kunci di Kaimana dan Papua. Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap atau tiga tahun anggaran. Tahap pertama meliputi pengumpulan sumber-sumber primer sejarah di Kearsipan Daerah Fakfak, Ternate, Ambon, Banda, Tual, Geser/Gorom, Perpustakaan Nasional Jakarta, Makassar, dan Perpustakaan KITLV Den Haag, Arsip Nasional London, dan pengumpulan data lapangan mengenai tradisi lisan melalui kunjungan ke kampung-kampung di Kaimana. Output yang akan didapat pada tahap pertama penelitian ini adalah pemetaan bahan-bahan dan sumber-sumber sejarah serta desain detail penelitian. Tahap kedua meliputi penelitian penulisan atau penyusunan sejarah Kaimana; tahap ketiga meliputi penyusunan dan penerbitan buku tentang sejarah Kaimana dalam dua bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Penelitian ini akan memberikan kontribusi yang besar bagi proses internaslisasi nilai sejarah dan pengenalan identitas kultural atau jati diri bagi Orang Kaimana, juga hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi proses analisis kebijakan dan pembangunan daerah. Melalui penelitian ini juga akan ada peningkatan kapasitas peneliti lokal yang terlibat dalam penelitian ini, dan akhirnya hasil penelitian ini akan tersedia bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Jumat, November 07, 2008

Kaimana Underwater

Kaimana selain dikenal karena senjanya yang indah ,Kaimana juga di kenal sebagai Kerajaan Ikan, karena, memiliki 937 jenis ikan karang, termasuk 14-16 jenis baru dan endemis/khas Kaimana. Selain ikan, Kaimana juga memiliki sekitar 492 jenis karang, termasuk 6 jenis baru yang juga endemis Kaimana serta terdapat 27 jenis udang mantis, termasuk 3 spesies baru, 2 di antaranya endemis Kaimana. Hal lain yang menarik adalah, bahwa dalam waktu sekitar 3 hari menyelam, dapat menemukan 16 ekor penyu hijau, dan 14 ekor penyu sisik serta dapat melihat rata-rata 6 penyu bertelur dalam semalam.

Secara umum, kondisi terumbu karang pada site-site pengamatan yang dilakukan oleh Conservation International, maupun Universitas Negeri Papua (UNIPA), masih relative baik, artinya Kaimana masih memiliki kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang hingga paling baik.

Eco-tourism Blogs - BlogCatalog Blog Directory